Network vulnerability scanning tool terbaik di tahun 2025
Ancaman siber semakin berkembang. Kini, vulnerability yang tidak di-patch menjadi salah satu risiko keamanan terbesar untuk organisasi. Menurut laporan IBM tahun 2024 tentang Cost of a Data Breach, organisasi yang tidak melakukan patch pada vulnerability mengalami kerugian rata-rata sekitar $4.45 juta per insiden. Karena pelaku keamanan siber semakin aktif mengeksploitasi firmware dan miskonfigurasi yang sudah usang di perangkat jaringan, network vulnerability scanner pun menjadi tool keamanan yang penting.
Jika Anda mengandalkan asesmen manual atau solusi scanning yang usang, jaringan Anda mungkin berada dalam risiko besar. Namun dengan network vulnerability scanner, Anda bisa melakukan monitoring berkelanjutan, mengotomatisasi deteksi, dan memprioritaskan risiko, sehingga memastikan tim IT bisa mengatasi masalah keamanan sebelum berdampak lebih besar.
Apa itu network vulnerability scanner?
Network vulnerability scanner adalah solusi keamanan yang otomatis mendeteksi kelemahan di perangkat jaringan, firmware, dan konfigurasi. Dengan terus-menerus memantau infrastruktur IT Anda, tim security dapat mengidentifikasi patch yang hilang, setting autentikasi yang lemah, dan software usang yang bisa saja dieksploitasi pelaku kejahatan siber.
Scanner konvensional masih banyak digunakan, namun sayangnya hanya fokus ke endpoint dan aplikasi. Hal ini membuat perangkat jaringan penting lainnya seperti router, firewall, dan switch tidak begitu diperhatikan. Itulah mengapa, penting sekali untuk memilih scanner yang dapat mengidentifikasi vulnerability di seluruh infrastruktur jaringan, tidak hanya perangkat individual.
Mengapa network vulnerability scanner itu penting?
IT administrator sering kali menghadapi tantangan besar dalam mengamankan jaringan mereka tanpa vulnerability scanner otomatis, yaitu:
Visibilitas terbatas: Melacak vulnerability secara manual di ratusan perangkat itu tidak praktis.
Patching yang tertunda: Banyak organisasi kesulitan melakukan update firmware, sehingga memunculkan celah keamanan.
Risiko regulasi: Peraturan seperti CISA’s Binding Operational Directive 22-01 mewajibkan organisasi untuk melakukan patch pada vulnerability yang sudah dikenali. Jika tidak patuh, organisasi bisa menerima penalti dan insiden keamanan.
Potensi serangan siber: CISA melaporkan bahwa vulnerability yang tidak di-patch bisa menjadi 'jalan masuk' bagi serangan ransomware di 2023.
Studi dari Verizon menemukan bahwa lebih dari 80% vulnerability yang tereksploitasi sebenarnya sudah tersedia patch-nya sebelum terjadi serangan. Namun, tanpa pendekatan deteksi dan remediasi yang terstruktur, banyak tim IT yang ketinggalan. Karena itulah, tantangannya bukan hanya mengidentifikasi vulnerability, tetapi juga memprioritaskannya, melakukan patch dengan segera, dan menerapkan kebijakan keamanan untuk mencegah kesalahan konfigurasi di masa depan.
Network vulnerability scanner yang andal harus bisa melakukan lebih dari sekedar deteksi. Scanner ini harus bisa menganalisis tingkat keparahan ancaman, mengotomatisasi fix, dan memastikan compliance berkelanjutan untuk meminimalkan risiko keamanan.
Di sinilah ManageEngine Network Configuration Manager berperan. Fitur manajemen vulnerability firmware yang dimilikinya menyederhanakan life cycle vulnerability, dari deteksi hingga resolusi. Sehingga, tim IT bisa lebih maju dari ancaman yang terus berkembang.
Bagaimana cara kerja network vulnerability scanner dari ManageEngine Network Configuration Manager?
Tidak seperti tool biasa, ManageEngine Network Configuration Manager memiliki keunggulan dalam mengamankan perangkat jaringan melalui fitur manajemen vulnerability firmware. Beginilah caranya:
Pencarian perangkat otomatis: Identifikasi semua perangkat jaringan dan versi firmware-nya.
Vulnerability assessment: Bandingkan firmware dengan National Vulnerability Database NIST dan sumber threat intelligence lainnya.
Prioritas berbasis risiko: Kategorikan vulnerability menjadi critical, important, moderate, atau low.
Laporan compliance: Dapatkan dokumentasi siap audit untuk memenuhi standar seperti CIS control, Cybersecurity Framework NIST, PCI DSS, dan HIPAA.
Remediasi satu klik: Berikan izin tim IT untuk menerapkan patch secara instan atau melakukan roll back ke versi firmware yang aman tanpa banyak downtime.
Bagaimana perbandingan ManageEngine Network Configuration Manager dengan network vulnerability scanner lainnya?
Ada banyak vulnerability scanner, namun kebanyakan tidak fokus pada keamanan firmware untuk infrastruktur jaringan. Inilah mengapa ManageEngine Network Configuration Manager lebih baik:
Fitur | ManageEngine Network Configuration Manager | Vulnerability scanner biasa (contoh: Tenable, Nessus, atau Rapid7) |
Firmware vulnerability scanning | ✅ Ya | ❌ Tidak |
Automated firmware patch management | ✅ Ya | ❌ Terbatas untuk OS dan aplikasi |
Network device configuration auditing | ✅ Ya | ❌ Tidak |
Real-time change alert | ✅ Ya | ❌ Tidak |
Built-in compliance management | ✅ Ya | ❌ Sebagian |
Automated configuration backup and restoration | ✅ Ya | ❌ Tidak |
Amankan jaringan Anda dengan ManageEngine Network Configuration Manager
Vulnerability yang belum di-patch ibarat pintu terbuka bagi serangan siber, dan proses patching manual bukan lagi solusi yang efektif. ManageEngine Network Configuration Manager memberi keunggulan bagi tim IT dengan scan vulnerability jaringan otomatis, prioritisasi berbasis risiko, dan remediasi sekali klik untuk menjaga keamanan dan kepatuhan perangkat jaringan Anda.
Jangan biarkan jaringan Anda terbuka bagi ancaman. Coba network vulnerability scanner dari ManageEngine Network Configuration Manager sekarang juga dengan uji coba gratis selama 30 hari, atau jadwalkan demo pribadi bersama pakar produk kami.