IT Operations Management (ITOM): Strategi dan Best Practice untuk Operasional IT Modern

Transformasi digital mendorong kompleksitas sistem TI di berbagai sektor, mulai dari perbankan, telekomunikasi, hingga layanan publik. Perusahaan mengelola ribuan perangkat, aplikasi hybrid, dan layanan cloud yang saling terhubung. Bahkan dalam survei oleh  IDC, lebih dari 60% organisasi di Asia Pasifik mengaku kesulitan menjaga ketersediaan layanan TI secara konsisten karena visibilitas dan kontrol yang terbatas terhadap infrastruktur mereka.

Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia. Menurut laporan BSSN (2024), lebih dari 70% insiden siber di Indonesia disebabkan oleh kelalaian operasional TI, seperti konfigurasi sistem yang salah, keterlambatan patching, dan kurangnya monitorinf real-time. Masalah bukan hanya berasal dari serangan eksternal, tetapi juga dari ketidaksiapan internal dalam mengelola operasional TI.

Mengapa ITOM menjadi krusial bukan hanya untuk efisiensi, tapi juga untuk ketahanan dan keamanan digital. Simak selengkapnya di bawah ini.

 

Apa itu ITOM? 

IT Operations Management (ITOM) adalah sekumpulan proses dan tool  yang digunakan untuk memantau, mengelola, dan mengoptimalkan operasi infrastruktur TI, mulai dari jaringan, server, aplikasi, hingga cloud dan kontainer.

Fokus utama ITOM mencakup:

  • Monitoring sistem TI secara proaktif untuk mendeteksi masalah sebelum berdampak ke pengguna.

  • Automasi tugas rutin, seperti patch management, backup, dan restart service.

  • Manajemen kapasitas & kinerja, agar resource tidak overload atau idle.

  • Manajemen konfigurasi, untuk menjaga konsistensi sistem dan mendukung kepatuhan.

  • Analitik & notifikasi berbasis AI, untuk mempercepat investigasi dan respons insiden.

ITOM dalam ekosistem IT modern 

Dalam lanskap IT saat ini, ITOM bekerja berdampingan dengan beberapa praktik IT lainnya:

Praktik TI

Fokus Utama

Kolaborasi dengan ITOM

ITSM (IT Service Management)

Menangani layanan & pengguna akhir (helpdesk, SLA)

ITOM menyuplai data real-time untuk resolusi insiden dan kinerja layanan

DevOps / SRE

Deployment cepat dan stabil

ITOM membantu monitoring performa dan ketersediaan sistem termasuk monitoring data center

AIOps

Automasi berbasis AI & ML

ITOM jadi sumber data untuk korelasi dan prediksi insiden

 

Apa saja fungsi dari ITOM?

IT Operations Management (ITOM) memiliki peran penting dalam menjaga sistem TI organisasi tetap stabil, efisien, dan dapat diandalkan. Fungsi-fungsi utamanya mencakup monitoring, automasi, pengelolaan performa, hingga kepatuhan. Melalui pendekatan yang terstruktur, ITOM membantu tim TI menangani beban kerja harian, mengantisipasi gangguan, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Fungsi utama ITOM meliputi: 

  • Monitoring infrastruktur secara menyeluruh

    Memantau performa dan ketersediaan jaringan, monitoring server, aplikasi, cloud, dan storage secara real-time untuk mendeteksi masalah lebih awal.

  • Automasi tugas operasional

    Menjadwalkan dan mengeksekusi proses seperti patching, backup, dan restart service tanpa campur tangan manual, mengurangi human error.

  • Manajemen kapasitas dan performa

    Menganalisis pemakaian resource, memperkirakan kebutuhan kapasitas, dan menyesuaikan beban kerja agar sistem tetap optimal.

  • Manajemen konfigurasi dan perubahan

    Melacak konfigurasi sistem, mencatat perubahan yang dilakukan, dan menjaga konsistensi lingkungan TI.

  • Deteksi insiden dan manajemen event

    Mengidentifikasi anomali, mengelompokkan event, dan memicu respons otomatis atau notifikasi untuk mempercepat penanganan.

  • Report dan analitik operasional

    Menyediakan dashboard dan laporan visual untuk evaluasi performa, kepatuhan, serta pengambilan keputusan berbasis data.

 

Apa perbedaan ITOM dan ITSM? 

ITOM (IT Operations Management) dan ITSM (IT Service Management) memiliki tujuan yang berbeda namun saling melengkapi dalam pengelolaan layanan TI. ITOM berfokus pada stabilitas sistem dan operasional infrastruktur, sementara ITSM berfokus pada pengalaman dan permintaan end user. Integrasi keduanya sangat penting dalam membangun lingkungan TI yang efisien, responsif, dan siap menghadapi berbagai tantangan modern.

Berikut beberapa perbedaan ITOM dan ITSM: 

  • Fokus workflow:

ITOM menangani aspek teknis dan infrastruktur IT back-end, seperti server, jaringan, storage, dan aplikasi, tujuannya adalah memastikan sistem berjalan stabil dan tanpa gangguan.

ITSM menangani proses layanan kepada end user  meliputi request, penanganan insiden, dan pengelolaan SLA agar pengguna mendapatkan layanan TI sesuai harapan.

  • Proses:

ITOM meliputi monitoring performa server dan jaringan, automasi patching sistem, pemantauan kapasitas, dan manajemen event untuk menjaga ketersediaan layanan.

ITSM mencakup pengelolaan tiket layanan, eskalasi insiden, manajemen permintaan perangkat lunak atau akses, serta pelaporan tingkat kepuasan pengguna.

  • Output:

ITOM lebih banyak diukur dengan indikator teknis seperti uptime, MTTR (Mean Time to Resolve), kinerja sistem, dan pemanfaatan resource.

ITSM diukur berdasarkan kepuasan pengguna, kecepatan penyelesaian tiket, tingkat pemenuhan SLA, dan jumlah insiden yang berhasil ditangani.

  • Peran AIOps dalam menggabungkan ITOM & ITSM:

AIOps (Artificial Intelligence for IT Operations) menggunakan data dari ITOM (log, metrik, event) dan ITSM (tiket, SLA) untuk mengotomatiskan analisis, mendeteksi anomali lebih awal, dan mempercepat resolusi insiden.

 

Apa saja tantangan menerapkan ITOM?

Seiring pertumbuhan infrastruktur TI yang semakin kompleks, tantangan dalam operasional TI pun ikut meningkat. Terlebih bagi perusahaan yang masih mengandalkan monitoring manual atau tool yang tidak saling terintegrasi. Berikut adalah tantangan utama yang umum ditemui dalam implementasi ITOM:

  • Visibilitas yang terbatas ke seluruh infrastruktur dari jaringan, server, aplikasi, hingga cloud menyebabkan tim TI sering kesulitan menemukan masalah. Terlebih jika data tersebar di banyak tool monitoring yang tidak terintegrasi, menciptakan data silo yang menyulitkan analisis holistik.

  • Perubahan konfigurasi yang tidak terpantau bisa menyebabkan downtime yang tidak terduga. Misalnya, satu perubahan pada switch atau firewall yang tidak sesuai prosedur bisa memutus akses ke layanan penting.

  • Network congestion dan penurunan performa aplikasi. Tanpa monitoring bandwidth dan traffic secara real-time, tim TI mungkin tidak menyadari bahwa aplikasi utama seperti ERP atau email mengalami penurunan performa akibat spike traffic atau koneksi yang terganggu.

  • Risiko keamanan operasional. Sulit mendeteksi ancaman seperti DDoS, port scanning, atau akses tidak sah. Kurangnya automasi dan korelasi data membuat insiden keamanan tidak tertangani secara cepat, memperbesar potensi kerugian.

  • Kekurangan SDM dan waktu juga menjadi tantangan tersendiri. Tim TI sering kali terjebak dalam tugas-tugas manual berulang seperti patching atau restart server yang seharusnya bisa diotomatisasi.

     

Mengapa perusahaan membutuhkan ITOM?

Mengingat kompleksitas IT dengan infrastruktur campuran fisik, virtual, dan cloud, organisasi perlu mengelola operasi secara efektif agar tetap kompetitif, aman, dan efisien. Karenanya, kini IT Operations Management (ITOM) bukan sekadar tool monitoring, melainkan strategi untuk memastikan performa, dan ketersediaan layanan IT.

  • Mendapatkan tampilan terpadu terhadap infrastruktur TI

    ITOM memberi visibilitas menyeluruh atas elemen seperti jaringan, server, aplikasi, storage, firewall, IPAM, dan konfigurasi semua dari satu konsol pusat.

  • Monitoring dan performa sistem

    Melakukan pengecekan rutin terhadap metrik penting seperti ketersediaan, CPU, memori, disk, serta mendeteksi anomali performa sebelum berubah jadi masalah.

  • Menghindari downtime berkelanjutan

    ITOM memungkinkan organisasi membuat monitoring proaktif, memantau konfigurasi, dan backup otomatis untuk memitigasi risiko gangguan layanan.

  • Mempermudah pengelolaan trafik jaringan

    Mengawasi penggunaan bandwidth, mengelola traffic shaping, dan menghindari kemacetan agar aplikasi tetap responsif.

 

Praktik terbaik penerapan ITOM dan fitur yang mendukungnya 

Penerapan IT Operations Management (ITOM) yang efektif memerlukan pendekatan bertahap dan strategis. Di Indonesia, banyak organisasi memilih untuk memulai dari visibilitas dasar dan terus mengembangkan kematangan operasional seiring waktu. Solusi seperti OpManager Plus menyediakan berbagai fitur yang mendukung best practice ini namun kunci sukses tetap terletak pada pemilihan langkah yang sesuai kebutuhan dan sumber daya masing-masing tim TI.

Berikut adalah praktik-praktik terbaik yang dapat diadopsi, disertai fitur-fitur teknis yang mendukungnya:

1. Bangun visibilitas menyeluruh dari satu titik pusat 

Langkah pertama dalam ITOM adalah memastikan semua perangkatbaik di pusat data maupun cabang dapat dipantau dari satu konsol.Memberi tim TI visibilitas real-time terhadap ketersediaan layanan, performa perangkat, serta status jaringan secara menyeluruh.

Fitur pendukung: full-stack monitoring (jaringan, server, VM, aplikasi), layer‑2 topology maps, 3D rack/floor views.

2. Otomatiskan aktivitas operasional berulang

Task rutin seperti restart service, patching, atau backup konfigurasi sering kali memakan waktu dan rawan kesalahan jika dilakukan manual. Automasi tidak hanya meningkatkan efisiensi, tapi juga konsistensi dalam penanganan insiden dan pemeliharaan sistem.

Fitur pendukung: drag-and-drop automation workflows, policy-based patch deployment, konfigurasi otomatis & rollback.

3. Gunakan alert dan threshold dinamis  

Alih-alih alert statis, threshold yang menyesuaikan pola penggunaan akan membantu mendeteksi anomali dengan lebih akurat. Ini mengurangi false positive dan memastikan tim hanya merespons masalah yang benar-benar penting. 

Fitur pendukung: adaptive threshold berbasis AI, alarm prioritization, custom escalation workflows.

4. Analisis trafik & bandwidth secara real-time 

Ketika aplikasi melambat, penyebabnya sering ada di lapisan jaringan. Menggunakan analisis trafik real-time, tim dapat mengidentifikasi bottleneck, pengguna bandwidth tinggi, atau anomali trafik yang berdampak pada layanan.

Fitur pendukung: NetFlow/sFlow/JFlow analysis, real-time bandwidth monitoring, top talkers & application usage.

5. Konfigurasi dan kepatuhan secara otomatis 

Perubahan konfigurasi yang tidak terpantau dapat menyebabkan downtime tak terduga. Menggunakan solusi konfigurasi terpusat, tim dapat melacak semua perubahan, menjalankan audit, dan menjaga sistem tetap patuh terhadap regulasi.

Fitur pendukung: network config management, real-time change tracking, compliance templates (PCI, HIPAA, ISO).

6. Hubungkan monitoring dengan proses layanan TI 

Integrasi antara sistem monitoring dan ITSM akan mempercepat proses penanganan insiden. Tiket dapat otomatis dibuat saat ada alert, lengkap dengan data teknis untuk mempercepat investigasi.

Fitur pendukung: Integrasi bawaan dengan ServiceDesk Plus, hingga komunikasi via Slack atau Teams.

7. Gunakan laporan dan analitik untuk perbaikan berkelanjutan 

Data historis dari monitoring dan troubleshooting bisa dimanfaatkan untuk menganalisis tren, memperkirakan kebutuhan kapasitas, dan mengidentifikasi area rawan gangguan. Ini mendukung strategi continuous improvement yang data-driven.

Fitur pendukung: 200+ laporan siap pakai, forecasting tools, RCA visual dengan AIOps-powered analytics.


Praktik-praktik ini telah terbukti efektif dalam membantu organisasi menjaga stabilitas sistem, meningkatkan efisiensi network operasional, dan memenuhi standar keamanan serta kepatuhan. Tidak harus dilakukan sekaligus, implementasi bertahap dengan fondasi visibilitas dan automasi yang kuat sudah cukup untuk membawa perubahan signifikan.

 

Siap memulai langkah pertama membangun ITOM?

Pengelolaan operasional tidak bisa lagi dilakukan secara terfragmentasi. IT Operations Management (ITOM) hadir sebagai pendekatan strategis untuk menciptakan visibilitas menyeluruh, mengotomatisasi proses penting, serta menjaga stabilitas dan keamanan sistem. Dari monitoring hingga automasi, dari manajemen konfigurasi hingga integrasi dengan ITSM semua menjadi satu kesatuan yang mendukung efisiensi operasional.

Mulailah dari visibilitas dan automasi yang paling penting untuk organisasi Anda, lakukan dengan pendekatan bertahap dan fleksibel untuk ITOM. 

Coba gratis OpManager Plus atau request demo dengan tim ManageEngine Indonesia untuk konsultasi sesuai kebutuhan Anda.