Waspada di Balik Kemudahan QRIS: Ancaman Siber dan Cara Menghindarinya

QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) telah menjadi metode pembayaran digital yang sangat populer di Indonesia mulai dari pedagang kaki lima hingga pusat perbelanjaan modern.
Tidak hanya memudahkan transaksi tanpa tunai, QRIS juga terus dikembangkan untuk penggunaan lintas negara, menjadikannya standar pembayaran yang siap go global. Bahkan, Bank Indonesia telah menjalin kerja sama dengan negara-negara seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura untuk mendorong interkoneksi pembayaran digital regional melalui QR code.
Namun, di balik kenyamanan ini, ada risiko keamanan siber yang mengintai. Celah dalam kebiasaan digital pengguna, atau kurangnya kesadaran terhadap keamanan dasar, dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk mencuri data dan dana. Apa saja ancaman dan tips menjaga cyber hygiene agar tetap aman saat bertransaksi dengan QRIS?
Ancaman siber di balik penggunaan QRIS
Meskipun QRIS memberikan kemudahan dalam transaksi digital, masih banyak pengguna yang belum menyadari potensi celah keamanan yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber. Tanpa kesadaran yang cukup, kebiasaan kecil yang tampak sepele dapat membuka pintu bagi serangan digital. Beberapa jenis ancaman yang perlu diwaspadai antara lain:
1. QR code phishing (Quishing)
Pelaku bisa menempelkan QR code palsu di tempat umum atau bahkan di merchant fisik. Ketika QR code palsu tersebut dipindai, korban akan diarahkan ke situs tiruan yang menyerupai halaman pembayaran resmi. Tanpa disadari, pengguna bisa memasukkan data sensitif seperti kredensial akun bank, informasi kartu, atau OTP, yang kemudian disimpan dan disalahgunakan oleh pelaku.
"Modus ini makin sering digunakan karena tampilan visual kode QR sulit dibedakan antara yang asli dan palsu."
2. Manipulasi kode QR
Penyerang dapat mengganti kode QR yang sah dengan kode palsu yang mengarahkan pembayaran ke rekening mereka sendiri. Teknik ini biasanya dilakukan secara diam-diam, misalnya dengan menempelkan QR code palsu di atas QR asli milik merchant. Karena banyak pengguna jarang memverifikasi nama penerima sebelum menyelesaikan transaksi, penipuan semacam ini sangat efektif dan sulit
"Serangan semacam ini dapat merugikan pengguna maupun pelaku usaha yang kehilangan kepercayaan pelanggan."
3. Pencurian data pribadi melalui aplikasi pihak ketiga
Beberapa aplikasi pembayaran tidak resmi atau aplikasi pemindai QR code yang tidak jelas asal-usulnya dapat meminta izin akses ke kamera, galeri, bahkan lokasi. Saat pengguna menggunakannya untuk memindai QRIS, data perangkat atau informasi pribadi bisa dikumpulkan tanpa sepengetahuan pengguna. Data tersebut kemudian dapat dijual atau digunakan untuk melakukan serangan lanjutan seperti rekayasa sosial (social engineering).
"Banyak pengguna mengabaikan izin aplikasi, padahal celah privasi sering dimanfaatkan."
4. Serangan Man-in-the-Middle (MitM)
Jika pengguna melakukan transaksi QRIS melalui jaringan Wi-Fi publik yang tidak aman, penyerang bisa menyusup di antara komunikasi antara aplikasi pengguna dan server tujuan. Teknik ini memungkinkan pelaku menyadap, membaca, atau bahkan memodifikasi data yang dikirimkan dalam proses transaksi. Hasilnya, informasi penting bisa dicuri atau dana bisa dialihkan tanpa sepengetahuan pengguna.
"Wi-Fi gratis di tempat umum sering kali tidak dilindungi enkripsi yang cukup untuk transaksi finansial."
Pentingnya cyber hygiene dalam transaksi digital
Cyber hygiene merujuk pada kebiasaan dan langkah-langkah pencegahan yang konsisten dilakukan untuk menjaga keamanan data pribadi dan finansial saat beraktivitas di dunia digital. Dalam konteks penggunaan QRIS, membangun kebiasaan digital yang sehat dapat secara signifikan mengurangi risiko menjadi korban kejahatan siber. Berikut beberapa praktik penting yang perlu diterapkan:
Selalu cek keaslian QR code sebelum melakukan pembayaran
Sebelum scan, perhatikan apakah kode QR tersebut terlihat seperti ditempel di atas kertas lain atau sudah dimodifikasi. Pastikan QR code terpasang rapi dan sesuai dengan branding resmi merchant. Cek kembali nama penerima setelah pemindaian untuk memastikan dana ditransfer ke pihak yang benar. Langkah sederhana ini dapat membantu menghindari penipuan berbasis QR palsu yang kerap terjadi di ruang publik.
Gunakan koneksi internet yang aman, hindari melakukan transaksi lewat Wi-Fi publik
Koneksi Wi-Fi publik sering kali tidak dilindungi oleh enkripsi yang memadai, sehingga data yang dikirim melalui jaringan ini dapat dengan mudah disadap. Jika Anda harus menggunakan koneksi publik, pertimbangkan memakai VPN untuk menambahkan lapisan perlindungan. Lebih baik gunakan jaringan pribadi atau data seluler saat melakukan transaksi yang melibatkan informasi sensitif. Ingat, kenyamanan akses Wi-Fi gratis bisa mengorbankan keamanan data Anda.
Perbarui aplikasi wallet secara rutin
Pembaruan aplikasi tidak hanya membawa fitur baru, tetapi juga perbaikan atas celah keamanan yang ditemukan sebelumnya. Versi lama aplikasi mungkin masih memiliki bug atau kerentanan yang bisa dimanfaatkan oleh peretas. Aktifkan pembaruan otomatis atau cek secara berkala di Play Store/App Store. Mengabaikan update sama saja dengan membiarkan celah terbuka untuk diserang.
Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) pada aplikasi keuangan
Menggunakan 2FA, meskipun password Anda diketahui pihak lain, mereka tetap tidak bisa mengakses akun tanpa kode verifikasi tambahan. Kode ini biasanya dikirim melalui SMS atau dihasilkan lewat aplikasi autentikator seperti Google Authenticator. Ini adalah salah satu bentuk perlindungan paling efektif untuk akun digital saat ini. Lapisan keamanan tambahan ini sangat penting terutama untuk aplikasi yang menyimpan informasi finansial.
Jangan sembarangan membagikan informasi pribadi atau OTP, bahkan jika yang meminta mengaku dari institusi resmi
Banyak kasus penipuan terjadi karena korban percaya pada oknum yang menyamar sebagai perwakilan bank, e-wallet, atau institusi pemerintah. Mereka bisa sangat meyakinkan dan meminta OTP dengan alasan verifikasi atau pembaruan data. Ingat, institusi resmi tidak pernah meminta OTP atau password melalui chat, telepon, atau email. Jika ragu, segera hubungi customer service resmi dan jangan terburu-buru mengikuti instruksi dari pihak yang tidak jelas.
Bagaimana dengan pelaku bisnis? Keamanan wajib menjadi prioritas
Tak hanya konsumen, pelaku usaha juga memegang peranan penting dalam menjaga keamanan ekosistem transaksi digital. Tanggung jawab keamanan siber perlu menjadi bagian dari strategi bisnis, bukan sekadar pelengkap atau tanggapan saat insiden terjadi.
Beberapa langkah strategis yang perlu diprioritaskan oleh merchant, penyedia layanan QRIS, dan pelaku usaha digital lainnya antara lain:
Terapkan prinsip Zero Trust: Jangan langsung percaya pada entitas apa pun baik internal maupun eksternal tanpa proses verifikasi ketat. Setiap akses harus didasarkan pada identitas, konteks, dan perangkat yang digunakan. Pendekatan zero trust ini membantu membatasi pergerakan lateral pelaku kejahatan jika terjadi pelanggaran.
Aktifkan autentikasi multifaktor (MFA): Tambahkan lapisan otentikasi tambahan untuk mengamankan akun penting, terutama yang terhubung ke sistem transaksi, data pelanggan, dan kontrol operasional bisnis.
Gunakan browser dan search engine yang memprioritaskan privasi: Hal ini mengurangi risiko pelacakan aktivitas digital dan meminimalkan eksposur terhadap skrip berbahaya atau pelacak pihak ketiga.
Pasang solusi keamanan untuk memantau aktivitas daring karyawan: Pemantauan ini membantu mendeteksi anomali, aktivitas mencurigakan, atau pelanggaran kebijakan secara real-time. Solusi seperti SIEM (Security Information and Event Management) memungkinkan visibilitas menyeluruh dan otomatisasi respons terhadap ancaman yang muncul.
Transaksi aman dimulai dari kesadaran digital
QRIS menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam bertransaksi, namun di balik kenyamanan tersebut, pengguna tetap harus waspada terhadap risiko keamanan digital. Ancaman seperti quishing, manipulasi kode, dan pencurian data pribadi bisa terjadi kapan saja jika kita lengah.
Mari bersama tingkatkan literasi digital dengan menerapkan cyber hygiene dalam setiap transaksi. Bagikan artikel ini kepada rekan atau keluarga Anda agar semakin banyak orang memahami pentingnya menjaga keamanan saat menggunakan QRIS.
"Bagi lembaga keuangan dan pelaku fintech yang ingin mendeteksi ancaman lebih cepat dan terstruktur, manfaatkan solusi Log360 ManageEngine agar dapat membantu meningkatkan visibilitas keamanan, melakukan real-time monitoring, dan memperkuat postur keamanan siber organisasi Anda."