Panduan Praktis Cyber Security Terlengkap

Saat ini, ancaman siber seperti ransomware atau phishing bisa terjadi kapan saja. Bahkan, ancaman tidak hanya datang dari luar organisasi, tetapi juga dari dalam. Maka dari itu, memiliki pemahaman dasar sekaligus strategi pertahanan yang kuat bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan utama bagi individu maupun organisasi.
Artikel blog ini hadir sebagai panduan praktis dan menyeluruh untuk membantu Anda memahami dunia cyber security atau keamanan siber. Mulai dari konsep dasar, jenis-jenis ancaman, hingga langkah-langkah proteksi, semuanya bisa Anda temukan di sini.
Apa itu cyber security?
Cyber security atau keamanan siber adalah upaya untuk menghalau serangan siber pada sistem digital, baik itu komputer, jaringan, aplikasi, atau data. Ancaman ini bisa berupa virus, peretasan, pencurian data, ransomware, phishing, dan lainnya. Keamanan siber membantu menjaga resource sensitif dalam organisasi agar tetap aman dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Apa saja jenis ancaman siber?
Ancaman siber atau cyber threat merupakan upaya serangan yang ditujukan untuk mengakses, mencuri, merusak, atau menganggu sistem komputer, jaringan, atau data tanpa izin. Ancaman ini memiliki banyak jenis, berikut beberapa di antaranya:
1. Malware
Malware adalah program berbahaya yang dilancarkan untuk menyusup dan merusak komputer. Program yang dimaksud banyak jenisnya, seperti virus, worm, Trojan horse, spyware, ransomware, dan adware. Pelaku kejahatan siber melakukan serangan ini demi kepentingan pribadi, seperti mencuri data sensitif, mendapatkan keuntungan finansial, menganggu sistem operasional, dan melakukan spionase.
2. Phishing
Phishing merupakan jenis serangan di mana pelakunya menyamar sebagai entitas tepercaya untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Biasanya, phishing dilakukan melalui email, pesan instan, atau status web palsu. Saat ini, serangan phishing sudah semakin canggih karena sulit dibedakan dengan komunikasi resmi.
3. Serangan DDoS
Serangan DDoS atau Distributed Denial of Service menyerang sistem traffic palsu. Serangan ini tidak secara langsung mencuri data, tetapi membuat operasional terganggu karena sistem berjalan lebih lambat. Bahkan, serangan DDoS juga bisa menyebabkan downtime berkepanjangan dan kehilangan pelanggan.
4. Man-in-the-middle
Serangan man-in-the-middle (MITM) merupakan jenis ancaman siber di mana pihak ketiga diam-diam mencegat komunikasi antara dua entitas, misalnya antara user dan sistem. Karena sistem tidak mengetahui keberadaan penyerang, sistem tidak menyadari bahwa data telah diakses atau dimanipulasi. Serangan ini dapat berujung pada kebocoran informasi penting, penyalahgunaan identitas, dan fraud.
5. Zero-day attack
Kerentanan atau vulnerability dalam sistem biasanya diperbaiki melalui proses patching. Namun, ada kerentanan yang baru muncul dan belum sempat dikenali sebelumnya, sehingga belum memiliki patch yang tepat. Kerentanan itu disebut dengan zero-day vulnerability. Jika tidak ditangani, zero-day vulnerability bisa dieksploitasi dalam serangan siber menjadi zero-day attack dan berpotensi menimbulkan dampak besar bagi operasional.
6. Insider threat
Ancaman siber tidak hanya datang dari luar organisasi, ada juga yang berasal dari dalam. Serangan ini disebut dengan insider threat atau ancaman orang dalam. Seperti namanya, insider threat terjadi ketika seseorang dari dalam organisasi yang memiliki akses ke sistem dan data penting menyalahgunakan akses tersebut untuk tujuan yang merugikan. Misalnya untuk mencuri data, menyabotase sistem, atau mempublikasikan data sensitif.
Apa dampak jika cyber security diabaikan?
Jika keamanan siber diabaikan, dampaknya bisa sangat merugikan. Beberapa contoh dampaknya yaitu:
1. Kebocoran data sensitif
Keamanan siber bisa membocorkan data sensitif organisasi atau pelanggan seperti nomor KTP, data kesehatan, atau informasi keuangan. Kebocoran data ini bisa membuat data digunakan secara ilegal atau dijual di dark web.
2. Kerugian finansial
Tidak terjaganya keamanan siber di organisasi bisa menyebabkan kerugian finansial. Misalnya, pencurian dana melalui serangan phishing atau ransomware yang meminta tebusan.
3. Gangguan operasional bisnis
Ancaman siber bisa menyebabkan kelumpuhan sistem IT dan kehilangan akses ke layanan digital. Jika dibiarkan terlalu lama, hal ini bisa menganggu aktivitas bisnis secara keseluruhan, membuat organisasi rugi dan pelanggan frustrasi.
4. Pelanggaran hukum dan regulasi
Organisasi yang tidak menjaga keamanan siber dengan baik berpotensi melanggar hukum dan regulasi. Contohnya, jika data pelanggan sampai jatuh ke pihak yang salah, ada indikasi bahwa organisasi tersebut gagal melindungi data pelanggan sesuai aturan seperti GDPR atau UU PDP.
5. Hilangnya kepercayaan publik
Serangan siber yang terjadi di organisasi biasanya menarik perhatian media. Apabila berita ini muncul di publik, kepercayaan pelanggan terhadap organisasi tersebut bisa hilang. Ini karena pelanggan menganggap organisasi yang terkena serangan siber tidak bisa menjaga keamanan sistem digitalnya dengan baik, sehingga mereka pun merasa ragu untuk terus menggunakan layanan dari organisasi tersebut.
Seperti apa strategi dan best practice cyber security?
Karena ancaman siber sangat berisiko, maka Anda perlu menerapkan strategi khusus dalam menjaga keamanan siber. Berikut ini adalah beberapa strategi dan best practice cyber security yang bisa Anda terapkan.
1. Melakukan risk assessment
Sebagai langkah awal dalam strategi cyber security, Anda perlu melakukan risk assessment. Mulailah mencari tahu risiko keamanan siber apa yang organisasi Anda hadapi, risiko mana yang membutuhkan perhatian segera, dan bagaimana menyesuaikan budget dengan kebutuhan keamanan Anda.
2. Menerapkan sistem deteksi ancaman dini
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Tidak hanya di dunia kesehatan, filosofi ini juga berlaku di dunia keamanan siber. Sebagai pencegahan dari ancaman siber, kami menyarankan untuk mengimplementasikan sistem deteksi ancaman dini seperti user and entity behavior analytics (UEBA). Dengan UEBA, Anda dapat menciptakan baseline untuk perilaku user yang normal. Sehingga, ketika terjadi anomali, Anda akan langsung diberi tahu melalui alert. Proses ini sangat penting untuk menghalau insider attack.
3. Memantau akses ke data dan sistem penting
Dalam suatu organisasi, ada peran-peran tertentu yang memiliki hak akses ke data dan sistem penting. Misalnya, IT admin atau eksekutif. Secara berkala, Anda perlu memantau hak akses mereka. Jangan sampai, terjadi eksploitasi hak akses, kesalahan konfigurasi, atau peningkatan privilege yang tidak sesuai. Hal ini penting, sebab kesalahan dalam pemberian hak akses sering menjadi sumber insider threat.
4. Menciptakan rencana respons insiden otomatis
Membuat rencana respons insiden atau incident response plan yang akan dijalankan secara otomatis ketika terjadi ancaman sangat penting untuk melindungi organisasi Anda. Contohnya, begitu sistem mendeteksi aktivitas aneh, sistem bisa langsung mengisolasi perangkat, mematikan akses tertentu, dan mengirim notifikasi ke tim IT.
Namun, perlu diketahui, bahwa satu rencana tidak dapat digunakan untuk semua jenis insiden keamanan. Anda mungkin perlu membuat rencana yang berbeda untuk setiap jenis ancaman.
5. Mengimplementasikan Endpoint Threat Detection
Keamanan endpoint adalah bagian penting dalam strategi cyber security. Penting untuk memastikan semua endpoint Anda—mulai dari laptop, desktop, server, dan perangkat cloud—selalu terlindungi. Anda dapat memanfaatkan sistem yang bisa mendeteksi ancaman di endpoint, seperti endpoint threat detection. Selain itu, lengkapi perlindungan endpoint dengan firewall, antivirus, atau email filter.
6. Menggunakan correlation rule
Monitoring jaringan selama 24/7 menghasilkan sangat banyak log dari berbagai sumber. Untuk mempermudah analisis dan mendeteksi ancaman dengan cepat, Anda bisa menggunakan correlation rule. Aturan ini bekerja dengan mengaitkan kejadian-kejadian berbeda dalam log untuk membentuk pola yang mencurigakan. Misalnya, jika terjadi kegagalan login berkali-kali dari IP tertentu yang diikuti dengan akses tidak biasa ke file sensitif, sistem akan langsung membacanya sebagai ancaman.
7. Menerapkan prinsip least privilege
Menerapkan prinsip least privilege artinya memberikan user akses sekecil mungkin yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas sehari-hari. Hal ini dilakukan dengan mengategorikan user berdasarkan perannya, lalu mengatur akses mereka sesuai kebutuhan. Sehingga, tidak semua orang bisa mengakses semua data. Dengan begini, risiko dari akun yang dibajak bisa ditekan dan ancaman dari dalam pun bisa dicegah.
8. Menerapkan multi-factor authentication
Perkembangan teknologi membuat peretasan password semakin mudah dilakukan. Oleh karena itu, sistem atau aplikasi yang hanya dilindungi oleh password saja tidak sepenuhnya aman. Anda perlu mengaktifkan lapisan keamanan tambahan seperti multi-factor authentication (MFA) yang bertujuan untuk mengautentikasi user yang akan mengakses sistem atau aplikasi. Autentikasi ini bisa dilakukan melalui QR, push notification, atau SAML authentication.
Sebaiknya, Anda membuat kebijakan wajib MFA pada semua sistem, aplikasi, atau endpoint di organisasi. Untuk memudahkan proses ini, Anda bisa menggunakan ManageEngine ADSelfService Plus yang menyediakan manajemen berbagai teknik MFA.
Seperti apa tren cyber security di tahun 2025?
Di tahun 2025, organisasi akan semakin memprioritaskan cyber security. Jenis ancaman yang semakin meningkat di antaranya adalah ransomware, ancaman berbasis gen-AI, serangan supply chain, serangan cloud, dan serangan IoT.
Namun, meski jenis ancamannya semakin beragam, pencegahan dan penanganannya pun semakin canggih. Sebagai contoh, serangan berbasis AI mungkin banyak terjadi, tetapi pemanfaatan AI untuk menjaga keamanan siber juga banyak digunakan. Gen-AI bisa mendeteksi dan merespons ancaman dengan lebih cepat dan akurat.
Selain itu, teknologi yang banyak digunakan untuk mengamankan sistem digital organisasi adalah Zero-Trust architecture. Pendekatan ini memberikan lapisan keamanan tambahan dengan mengawasi setiap akses ke sumber daya secara real-time dan mengelola hak akses secara mendetail.
Dengan pendekatan tersebut, organisasi dapat meningkatkan cyber security mereka dan mematuhi regulasi perlindungan data seperti UU PDP.
Baca juga: 6+ Tren Cybersecurity 2025 di Indonesia yang Wajib Anda Ketahui
Solusi SIEM ManageEngine menjaga keamanan siber organisasi
Salah satu cara untuk menjaga keamanan siber di organisasi adalah dengan mengadopsi solusi SIEM (Security Information and Event Management) yang komprehensif. ManageEngine Log360 merupakan solusi SIEM unggul yang bisa membantu Anda mengamankan organisasi dengan kapabilitas deteksi anomali, correlation rule, threat analytics, monitoring 24/7, dan CASB. Selain itu, Log360 juga memiliki beragam template untuk audit kepatuhan, sehingga membantu Anda memenuhi persyaratan regulasi yang berlaku.
Ingin memanfaatkan ManageEngine Log360 untuk melindungi organisasi Anda? Jadwalkan demo gratis dengan tim pakar kami!
Frequently asked questions (FAQ)
Berikut beberapa pertanyaan yang sering diajukan terkait cyber security.
Apa itu cyber security dan mengapa penting?
Cyber security adalah praktik melindungi sistem, jaringan, dan data dari serangan siber. Ini penting untuk mencegah pencurian data, kerusakan sistem, dan gangguan operasional.
Apa perbedaan antara virus, malware, dan ransomware?
Virus adalah jenis malware yang menyebar dengan menempel pada file.
Malware adalah istilah umum untuk software berbahaya.
Ransomware adalah jenis malware yang mengunci data korban dan meminta tebusan.
Apa langkah cyber security yang bisa diambil oleh individu?
Menggunakan password yang kuat, menerapkan multi-factor authentication, tidak mengklik tautan sembarangan, dan memperbarui software secara berkala.
Apa itu multi-factor authentication dan mengapa penting?
MFA adalah metode verifikasi identitas yang menggunakan lebih dari satu faktor (misalnya password dan kode OTP). Metode ini menambah lapisan keamanan ekstra.
Apa itu kebijakan keamanan siber (cybersecurity policy)?
Kebijakan keamanan siber adalah dokumen resmi berisi panduan, aturan, dan prosedur untuk melindungi data dan sistem di dalam organisasi.