Keamanan endpoint: Bagaimana strategi perlindungan terbaiknya?
Jumlah perangkat yang dimiliki organisasi kini terus bertambah seiring berkembangnya kebutuhan kerja modern. Bayangkan saja, satu karyawan punya satu ponsel dan satu laptop. Jika dikali jumlah seluruh karyawan dalam organisasi, jumlahnya bukan main-main.
Setiap perangkat ini terhubung ke jaringan organisasi dan berpotensi menjadi titik masuk bagi ancaman siber. Oleh karena itu, keamanan endpoint perlu menjadi perhatian khusus dalam strategi cybersecurity organisasi.
Lalu, bagaimana cara menerapkan keamanan endpoint yang efektif? Simak dalam blog ini!
Apa itu keamanan endpoint?
Keamanan endpoint (endpoint security/endpoint protection) adalah pendekatan keamanan siber untuk mengamankan dan mencegah aktivitas berbahaya pada endpoint, seperti laptop, desktop, atau hp. Mengingat endpoint kini menjadi salah satu sumber masuk serangan siber terbanyak, pelaku kejahatan tidak lagi bertujuan untuk mendapatkan akses ke endpoint saja, tetapi juga untuk merusak sistem atau mencuri data sensitif yang berharga.
Keamanan endpoint kini sangat penting, sebab setiap endpoint yang terhubung ke jaringan organisasi bisa menjadi jalan masuk bagi pelaku kejahatan. Apalagi, saat ini kerja remote semakin marak. Banyak endpoint yang digunakan dari rumah dan membutuhkan pengawasan penuh. Jika tidak diawasi dengan baik, perangkat tersebut rentan terhadap serangan siber seperti ransomware, phishing, dan advanced persistent threat (APT).
Apa saja komponen keamanan endpoint?
Ada beberapa komponen yang jika disatukan dapat meningkatkan keamanan endpoint, yaitu:
1. Vulnerability Management
Vulnerability management atau manajemen kerentanan bertujuan untuk menemukan dan menutup celah keamanan siber. Manajemen ini dimulai dengan mendeteksi dan memperbaiki kerentanan secara otomatis, agar penyerang tidak bisa masuk lewat celah tersebut. Jika ada zero-day vulnerability, kerentanan akan diatasi menggunakan script mitigasi.
2. Endpoint Privilege Management
Endpoint privilege management bertujuan untuk menghindari serangan yang memanfaatkan hak akses berlebihan. Caranya adalah dengan memberi hak akses hanya kepada orang-orang yang membutuhkan. Selain itu, user hanya bisa menjalankan aplikasi dengan hak akses terbatas.
Hak akses juga bisa diberikan secara sementara, yang otomatis dicabut setelah waktunya habis. Lalu, hak akses juga bisa diatur khusus per aplikasi, bukan per user.
3. Device Control
Device control adalah kendali perangkat eksternal seperti USB dan printer. Gunanya agar perangkat tersebut tidak menjadi pintu kebocoran data.
Untuk menjaga keamanan siber, Anda perlu memahami kapan perangkat tersambung ke endpoint, membuat aturan transfer file, mengatur akses ke perangkat tertentu, dan memantau semua aktivitas perangkat eksternal.
4. Application Control
Komponen ini memberikan izin hanya ke beberapa aplikasi tertentu. Jika ada aplikasi eksternal yang diunduh dari sumber mencurigakan dan tidak disetujui, aplikasi tersebut tidak dapat terinstal. Kalaupun aplikasi sudah terinstal, Anda bisa memindai semua aplikasi lalu menandai mana yang aman dan mana yang tidak.
5. Browser Security
Serangan siber juga bisa terjadi melalui browser. Itulah mengapa, penting untuk memantau browser apa saja yang dipakai di perusahaan kemudian menerapkan pengaturan keamanan yang perlu dipatuhi semua browser. Hapus juga add-on berbahaya dan hanya izinkan akses ke situs yang disetujui organisasi.
6. Anti-Ransomware
Komponen ini melindungi endpoint Anda dari serangan ransomware, yaitu jenis malware berbahaya yang dirancang untuk mengunci atau mengenkripsi data milik korban, lalu meminta tebusan agar data tersebut bisa diakses kembali.
Ransomware bisa dideteksi menggunakan analisis perilaku berbasis machine learning. Jika ransomware terdeteksi, ransomware akan dihilangkan dan endpoint akan dikarantina. Adapun jika data terinfeksi ransomware, Anda bisa mengembalikan data menggunakan fitur rollback.
7. BitLocker Management
BitLocker management bertujuan untuk mengenkripsi data agar tetap aman meskipun perangkat hilang atau dicuri. Data sebaiknya dienkripsi, baik sebagian atau seluruhnya. Jika hardware yang menyimpan data mengalami masalah, Anda bisa mengambil data menggunakan recovery key.
Apa saja best-practice dalam keamanan endpoint?
Supaya endpoint Anda selalu aman dari serangan siber, berikut cara-cara yang bisa diterapkan.
1. Memahami kesiapan organisasi
Sebelum menentukan proyek atau solusi keamanan endpoint apa yang perlu diimplementasikan, Anda perlu memahami risiko dan maturity level dari keamanan endpoint di organisasi. Pada proses ini, Anda perlu menganalisis lanskap serangan, guna memahami jenis serangan yang mungkin terjadi, dampaknya, dan seberapa besar kemungkinan terjadinya.
Selain itu, Anda juga perlu melakukan risk assessment (penilaian risiko). Terdapat dua jenis risk assessment, yaitu enterprise risk assessment serta cyber dan IT risk assessment. Pada enterprise risk assessment, Anda akan menilai risiko dari sudut pandang bisnis secara keseluruhan. Sementara itu, pada cyber dan IT risk assessment, Anda akan menyusun daftar risiko keamanan siber serta dampaknya bagi bisnis.
2. Memahami kebutuhan organisasi
Anda juga perlu memahami kebutuhan organisasi sebelum menentukan tool endpoint security yang tepat. Mengacu pada laporan Gartner, organisasi sebaiknya melibatkan semua stakeholder yang relevan dalam proses analisis kebutuhan. Tujuannya agar ada keselarasan dalam tujuan dan ekspektasi, serta memastikan dukungan dari pimpinan. Dengan begitu, solusi yang dipilih akan sesuai dengan kebutuhan operasional dan dapat digunakan secara jangka panjang, bukan hanya jangka pendek.
3. Menyusun roadmap perlindungan endpoint
Setelah mengidentifikasi risiko dan kebutuhan organisasi, Anda sudah bisa menyusun roadmap perlindungan endpoint. Caranya adalah dengan memetakan semua tool yang saat ini digunakan, memahami kelebihan dan kekurangan dari setiap tool tersebut, lalu menyusun proyek peningkatan agar penggunaan tool lebih efisien.
Mengutip Gartner, Anda juga perlu mempertimbangkan tingkat maturity dari keamanan di organisasi saat menyusun roadmap. Sebab, pendekatan yang diambil akan berbeda-beda, tergantung pada maturity level. Misalnya, organisasi dengan maturity level rendah bisa mulai dengan solusi yang lebih sederhana, seperti endpoint protection platform (EPP). Sementara itu, organisasi yang lebih siap bisa mengimplementasikan cybersecurity threat exposure management (CTEM).
4. Merancang workflow dan kebijakan sebelum implementasi tool
Sebelum mulai menerapkan tool keamanan endpoint, Anda bisa merancang workflow dan kebijakan tata kelola (governance) terlebih dahulu. Lalu, dokumentasi dan standarisasi semuanya dengan jelas, baik dalam bentuk prosedur atau panduan. Dengan ini, organisasi bisa menghindari kekacauan saat implementasi, menjaga konsistensi, dan mengurangi risiko pelanggaran regulasi.
5. Mengevaluasi konfigurasi
Kalau tool sudah diimplementasikan, jangan lupa untuk mengevaluasi konfigurasinya. Pastikan tool keamanan endpoint yang digunakan benar-benar dikonfigurasi dengan tepat. Hal ini penting guna mencegah adanya vulnerability atau kerentanan. Adapun jika kerentanan terdeteksi, Anda bisa mengatasinya lebih awal sebelum celah itu dimanfaatkan oleh penyerang.
Untuk mengevaluasi konfigurasi, Anda bisa menggunakan checklist atau benchmark seperti CIS benchmark. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan attack surface coverage and analysis (ASCA), yaitu sistem otomatis yang berfungsi menganalisis ancaman dan kerentanan yang mungkin ada serta kemampuan pertahanan yang tersedia di organisasi.
6. Berinvestasi pada SDM
Apapun tool keamanan endpoint Anda, tool tersebut baru bisa berjalan efektif jika digunakan oleh orang-orang yang tepat. Itulah mengapa, berinvestasi pada SDM juga penting. Anda perlu melatih tim internal agar paham cara menggunakan, mengatur, dan mengevaluasi tool. Jika pelatihan internal tidak memungkinkan, Anda juga bisa bekerja sama dengan penyedia layanan pihak ketiga.
Jaga keamanan endpoint dengan Endpoint Central
Selama ini, Anda mungkin baru fokus pada pengelolaan endpoint saja. Padahal, tak hanya perlu dikelola, endpoint juga perlu dipastikan keamanannya. Itulah mengapa, tool yang hanya mengandalkan manajemen endpoint tidak lagi relevan. Anda juga tidak bisa menggunakan dua tool terpisah antara manajemen dan keamanan endpoint, sebab lebih merepotkan.
ManageEngine Endpoint Central tak hanya mendukung pengelolaan endpoint, tetapi juga memiliki fitur yang fokus untuk melindungi endpoint dari ancaman. Baik manajemen ataupun keamanan endpoint, Anda bisa melakukannya dari satu platform. Solusi ini dibekali dengan berbagai fitur keamanan endpoint seperti vulnerability management, browser security, device control, BitLocker management, application control, anti-ransomware, dan endpoint privilege management. Dengan perlindungan menyeluruh ini, endpoint Anda bisa terlindungi dari malware, virus, spyware, atau serangan phishing.
Tertarik mencoba langsung bagaimana Endpoint Central bisa menjaga keamanan endpoint di organisasi Anda? Jadwalkan sesi konsultasi gratis dengan tim ManageEngine Indonesia!
Frequently asked questions (FAQ)
Berikut beberapa pertanyaan yang sering diajukan terkait keamanan endpoint.
1. Apa perbedaan manajemen endpoint dan keamanan endpoint?
Manajemen endpoint fokus pada pengelolaan perangkat, misalnya instalasi software, update patch, dan penge hardware/software. Sementara itu, keamanan endpoint fokus pada perlindungan perangkat dari ancaman siber. Contohnya penerapan antivirus, firewall, device control, hingga privilege management.
2. Apa saja contoh endpoint yang perlu diamankan?
Endpoint yang sering digunakan karyawan perlu diamankan, baik itu laptop, smartphone, tablet, desktop, server, ataupun perangkat IoT.
3. Apa tantangan utama dalam mengelola keamanan endpoint?
Saat mengamankan endpoint, Anda akan menemukan beragam tantangan seperti banyaknya jumlah perangkat yang harus diawasi, variasi sistem operasi dan aplikasi, BYOD, keterbatasan sumber daya, dan kurangnya visibilitas terhadap aktivitas pengguna.
4. Apakah mengelola keamanan endpoint bisa dilakukan dari satu platform?
Ya, Anda bisa menggunakan tool ManageEngine Endpoint Central untuk mengelola sekaligus melindungi endpoint dari satu dashboard terpadu.
5. Bagaimana cara mengetahui apakah endpoint sudah aman?
Anda bisa menggunakan beberapa indikator seperti tidak ada perangkat yang menggunakan software usang, semua endpoint memiliki proteksi aktif, tidak ada deteksi malware, log aktivitas sudah rutin dianalisis, dan user menerapkan metode autentikasi.