Five worthy reads adalah kolom reguler yang membahas 5 hal menarik yang kami temukan ketika meriset topik-topik trending dan timeless. Kali ini, kami membahas serangan siber di industri perbankan.
Kini, menerima gaji dalam bentuk amplop atau cek sudah semakin jarang. Kita juga tak lagi harus pergi ke bank secara langsung untuk menerima gaji, sebab semuanya dapat dikelola melalui satu aplikasi mobile banking. Perbankan modern memang menghemat waktu sekaligus mendorong self-service.
Tak hanya memberikan kemudahan, bank kini juga mampu melakukan personalisasi layanan. Dengan meningkatnya advanced analytics, bank kini dapat mengoptimalkan solusi finansial yang sesuai dengan kebutuhan individu, dengan memantau pola perilaku dan preferensi nasabah. Langkah ini membantu nasabah dalam membuat keputusan finansial yang lebih berkelanjutan.
Sayangnya, di sisi lain, digitalisasi membawa konsekuensi baru yaitu serangan siber. Serangan ini dapat menganggu stabilitas industri perbankan dan mengancam eksistensi bank itu sendiri. Meskipun pemulihan dapat dilakukan melalui peraturan dan undang-undang, dampak serangan tersebut bisa cukup besar hingga menyebabkan kebangkrutan.
Keamanan siber di sektor perbankan pun menjadi sangat penting untuk melindungi data sensitif dan jaringan dalam infrastruktur IT bank. Namun, bagaimanapun juga, bank masih tetap menjadi target utama untuk serangan siber karena memiliki volume transaksi harian yang besar dan melibatkan banyak informasi pribadi.
Di bawah ini adalah beberapa insight penting tentang cara menghadapi serangan siber sambil mengoptimalkan transformasi digital di sektor perbankan.
1. Transformasi digital di dunia perbankan
Sangat penting untuk memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan transformasi digital di dunia perbankan, dan bagaimana transformasi tersebut telah mengubah customer journey, analitik data, dan kemampuan adaptasi di industri perbankan.
Kita hidup di era yang serba cepat, di mana customer experience yang lebih personal dan proses operasional yang lebih cepat menjadi prioritas. Dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang, pendekatan tradisional terhadap sistem perbankan telah berubah untuk menyediakan layanan yang lebih baik melalui digitalisasi. Pendekatan yang revolusioner ini sudah lama dirancang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memfasilitasi pergerakan uang yang lebih efektif di seluruh dunia.
2. Serangan siber dan risiko kegagalan bank
Pada tahun 2024, sekitar 65% organisasi keuangan di seluruh dunia melaporkan serangan ransomware yang mereka alami. Lebih dari setengah bisnis dan organisasi global mengalami kerugian setidaknya 300.000 dolar AS karena serangan siber.
Selain itu, ancaman yang signifikan juga muncul dari serangan yang dilakukan oleh negara tertentu. Beberapa contoh terkini di antaranya serangan DDoS yang menargetkan bank-bank milik negara dan swasta di Rusia. Serangan ini menganggu kinerja aplikasi mobile banking, website, sistem pembayaran, bahkan operator telekomunikasi di negara tersebut.
3. Ancaman keamanan siber pada bank
Pada tahun 2024, biaya rata-rata kebocoran data di industri keuangan global adalah 6.08 juta dolar AS. Sayangnya, perkembangan teknologi juga membawa efek buruk bagi dunia perbankan. Bahkan serangan sederhana seperti pesan teks phishing dapat merusak reputasi bank dan menyebabkan bank kehilangan nasabah.
Bukan hanya talent gap di industri perbankan dan kurangnya kesadaran tentang keamanan siber pada nasabah yang menyebabkan risiko kebocoran data. Adanya tool cybercrime seperti WormGPT dan integrasi generative AI ke sistem turut menciptakan celah yang dapat dimanfaatkan oleh hacker.
Serangan seperti itu dapat merusak kepercayaan, reputasi, dan stabilitas keuangan yang telah dibangun selama bertahun-tahun, hingga menyebabkan keraguan terhadap sistem finansial. Akan tetapi, serangan dan ancaman tersebut dapat dikelola dan diatasi jika organisasi memiliki sistem keamanan yang memadai.
4. Cybersecurity dan perbankan: Kenali pentingnya, tantangannya, dan tipsnya
Transaksi tanpa uang tunai (cashless) semakin populer akhir-akhir ini. Namun, hal ini tidak berarti transaksi dengan uang tunai akan sepenuhnya hilang. Transaksi fisik tetap selalu ada, mengingat transaksi digital membawa risiko meningkatnya kejahatan siber.
Saat ini, bank secara aktif menerapkan protokol keamanan untuk mencegah serangan. Namun, penyerang juga cerdas, sebab mereka selalu mencari celah untuk mencuri data, termasuk kesempatan untuk meretas akun bank digital nasabah. Dari percobaan tersebut, tak semuanya direncanakan dengan matang; beberapa hanya berupa percobaan phishing sederhana. Meski begitu, gangguan kecil di sektor keuangan dapat mengguncang ekonomi secara keseluruhan.
5. Peringatan dari IMF: Stabilitas keuangan global terancam oleh serangan siber
Money matters. Kenyataannya, pertumbuhan dan kemunduran sektor keuangan akibat serangan siber berdampak besar pada sektor lainnya. Itulah mengapa, menjaga kepercayaan nasabah dan kerahasiaan data adalah dua faktor utama yang memerlukan perhatian serius di industri perbankan. Hal ini penting, karena masalah keuangan yang serius dapat mengguncang fondasi seluruh sistem keuangan.
Artikel ini membahas rekomendasi IMF untuk memperkuat upaya keamanan siber demi menjaga stabilitas keuangan global. Salah satu hal yang banyak dilakukan akhir-akhir ini adalah menggunakan data science dan AI di industri perbankan. Untuk memastikan implementasi yang aman dan efektif, organisasi keuangan perlu mengadakan sesi pelatihan bagi karyawan mereka. Ketika bank mengadopsi langkah-langkah keamanan siber yang proaktif dan waspada, baik nasabah maupun ekonomi secara keseluruhan akan merasakan manfaatnya.